Monday, 27 August 2007

Bye EPL.....

Kabar bahwa EPL (English Premier League) hanya di siarkan di Astro merupakan berita terburuk yang pernah gw denger. Sekarang (bahkan hingga 3 tahun kedepan) sebagian besar pecinta EPL di Indonesia tidak bisa lagi menyaksikan aksi-aksi brilian dari para aktor EPL seperti Cristiano Ronaldo, Frank Lampard atau Fabregas. Aksi-aksi memukau tersebut hanya dapat nikmati oleh sebagian kecil kalangan yang memiliki uang lebih untuk berlangganan Astro dengan biaya minimal 200 rebu/bln.

Bukan salah Astro memang, tapi jatuhnya hak siar EPL ke Astro semakin menjauhkan sepak bola dari slogan yang didengunkan FIFA, "Football for All". Karena sekarang hanya sebagian orang saja yang bisa menyaksikan pagelaran liga sepakbola terbaik di jagad bumi itu.

Kabar tentang naiknya harga hak siar EPL sudah beredar sejak pertengahan musim lalu. Pihak EPL yang yakin bahwa produk yang dijualnya berkualitas premium, dengan gagah berani menaikkan harga hak siarnya hingga 60% lebih. Ini jelas sangat memberatkan stasiun televisi lokal yang hanya mengandalkan sponsor dan penjualan slot iklan untuk menutupi ongkos pembelian hak siar tersebut.

Djarum mungkin masih tetap berminat untuk menjadi sponsor utama penayangan EPL di TV. Tapi, apakah Djarum mau menaikkan nilai sponsorshipnya mengikuti naiknya harga hak siar EPL yang konon mencapai 600M? Gw rasa nggak. Angka tersebut tergolong sangat besar untuk sponsorship di sebuah tayangan TV. Kalau pun mau menaikkan nilai sponsorshipnya, mungkin Djarum hanya bersedia pada tingkat kenaikan yang wajar (10-20%).

Selain sponsor utama, sumber pemasukan lain yang diharapkan oleh stasiun TV lokal adalah penjualan slot iklan. Memang, penayangan EPL punya rating yang cukup bagus. Durasinya pun cukup panjang (sekitar 2 jam). Tapi, berapa banyak slot iklan yang bisa dijual dari tayangan tersebut? Slot iklan yang bisa dijual hanya saat sebelum pertandingan dimulai, waktu istirahat dan akhir pertandingan. Selebihnya, dalam waktu 2x45 menit, sama sekali tidak bisa disusupi iklan. Paling hanya sponsor utama yang sesekali bisa muncul saat pertandingan berlangsung dengan menggunakan permainan grafis, selebihnya tidak.

Ini berbeda dengan pay TV. Selain dari sponsor dan penjualan slot iklan, pay TV juga mendapat penghasilan tambahan dari iuran bulanan. Dan Astro sepertinya sudah membaca bahwa EPL punya penggemar yang sangat banyak di Indonesia. Jika dengan lewat hak siar EPL ini mereka bisa melipat gandakan jumlah pelanggannya (kabar terakhir menyebut jumlah pelanggan Astro sudah mencapai 80 ribu pelanggan), maka mereka sudah tidak terlalu pusing untuk menutup ongkos pembelian hak siar tersebut.

Jatuhnya hak siar EPL pada Astro mungkin juga akan berdampak pada media cetak yang selama ini menjadi supporting EPL, seperti tabloid Bola atau koran Top Skor. Selama ini, salah satu andalan media olah raga tersebut adalah "menjual" prediksi pertandingan. Nah, apa masih menarik membaca prediksi pertandingan tanpa bisa menyaksikan pertandingannya? Tapi, bisa saja yang terjadi malah sebaliknya. Karena tidak bisa menonton, orang akan membaca ulasannya di media cetak.

Turut berduka atas gugurnya EPL di stasiun TV lokal....

No comments: